Bekasi, 29
Mei 2012
Flu Burung
(FB) adalah penyakit bersumber binatang (zoonosis) yang berpotensi menimbulkan
kejadian luar biasa (KLB) dan pandemik di Indonesia maupun di dunia. Oleh karenanya,
baik Indonesia maupun negara di dunia melakukan program pengendalian flu burung
dengan seksama. Potensi penularan flu burung dari manusia ke manusia jelas ada,
meski sampai saat ini belum terjadi. Dengan demikian, butuh perhatian yang
besar dan kerjasama lintas sektoral untuk bersama-sama mengatasi masalah
zoonosis.
Demikian
disampaikan Direktur Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (PP dan
PL) Kemenkes RI, Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama, SpP(K), MARS, DTM&H, DTCE
saat menutup kegiatan Diseminasi Hasil Pembelajaran Implementing The National
Strategic Plan for Avian Influenza (INSPAI) in Framework for Pandemic
Preparedness, Selasa siang (28/5/12). Hadir dalam kegiatan tersebut, Direktur
Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang, dr. Rita Kusriastuti, MSc. dan
Perwakilan WHO Indonesia, dr. Graham Tallis.
“Kita tidak bisa memperkirakan kapan pandemi dapat terjadi atau masalah-masalah kesehatan yang dapat ditimbulkan”, ujar Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama.
“Kita tidak bisa memperkirakan kapan pandemi dapat terjadi atau masalah-masalah kesehatan yang dapat ditimbulkan”, ujar Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama.
Prof. dr.
Tjandra menjelaskan Indonesia sebagai salah satu negara dengan jumlah kasus FB
terbanyak, mendapat dukungan pihak Uni Eropa yang disalurkan oleh WHO melalui
program dari Implementing The National Strategic Plan for Avian Influenza
(INSPAI) dan telah dilaksanakan pada kurun waktu 2007-2011.
“Meskipun
program tersebut selesai tahun ini, Pemerintah akan meneruskan dengan
program-program yang ada di Kementerian Kesehatan menggunakan sarana yang ada
secara maksimal”, jelas Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama.
Lebih lanjut
Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama mengatakan, salah satu manfaat dari INSPAI di
Indonesia, diantaranya adalah penerapan dasar pemikiran “fair, transparent and
equitable” dalam mekanisme virus sharing dan benefit sharing yang disetujui
oleh World Health Organization (WHO) untuk dapat diterapkan dalam program
kesehatan lainnya. Selain itu, koordinasi lintas unit dan lintas sektoral di
bidang penelitian juga dirasa penting untuk dilakukan, mungkin dengan Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) ataupun dengan sektor
kesehatan hewan.
“Ini penting
untuk kita pikirkan, bagaimana kita dapat mengkolaborasikan berbagai data-data
yang ada, baik itu data influenza maupun data masalah kesehatan lainnya, untuk
menciptakan sebuah gambaran yang menyeluruh, guna pengambilan langkah
penanggulangan secara tepat”, kata Prof. dr. Tjandra Yoga
Pada
kesempatan tersebut, Prof dr. Tjandra Yoga Aditama mengharapkan dukungan
berbagai pihak, baik yang memiliki keterkaitan langsung dengan kesehatan maupun
kalangan terkait lainnya seperti kesehatan hewan, lingkungan hidup, dan wild
life, untuk bersama-sama menanggulangi flu burung dan berbagai penyakit
zoonosis lainnya.
Masalah flu
burung terjadi di banyak Provinsi di Indonesia, karena itu, Prof. dr. Tjandra
Yoga mengharapkan agar Pemerintah Daerah bersama masyarakat untuk terus menjaga
kewaspadaan tentang kemungkinan kasus flu burung.
“Tetap
lakukan langkah-langkah untuk mendeteksi, melakukan surveilans, dan tindakan
penanggulangan flu burung di daerah masing-masing”, tandas Prof. dr. Tjandra
Yoga Aditama.
Kegiatan
Diseminasi Hasil Pembelajaran Implementing The National Strategic Plan for
Avian Influenza (INSPAI) in Framework for Pandemic Preparedness, telah
dilaksanakan selama dua hari di Bekasi, Jawa Barat. Kegiatan tersebut dihadiri oleh
sekitar 100 undangan yang merupakan perwakilan dari 10 RS Rujukan Flu Burung
penerima bantuan pembangunan ruang isolasi; Akademisi; Dinas Kesehatan, Rumah
Sakit Umum Daerah, juga para dokter klinik swasta dari berbagai Provinsi di
Indonesia.
Pada sesi
penutupan, Direktur Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang (P2B2), dr. Rita
Kusriastuti mengatakan Indonesia telah melaksanakan berbagai usaha pengendalian
Flu Burung (FB) dan zoonosis lainnya melalui program INSPAI meliputi
peningkatan manajemen kasus, perbaikan fungsi laboratorium, sistem surveilans,
komunikasi risiko, pembangunan pasar sehat, kesiapsiagaan pandemik, pendanaan
berbagai penelitian, serta pembangunan ruang isolasi bertekanan negatif di 10
RS Rujukan Flu Burung.
“Pentingnya
pengendalian zoonosis di Indonesia, tidak hanya berfokus pada FB, tetapi juga
meliputi berbagai penyakit zoonosis lainnya. Dalam diskusi, dibahas juga
berbagai Emerging Infectious Disease (EID), serta penyakit-penyakit lain yang
termasuk New Emerging Disease”, ujar dr. Rita Kusriastuti.
Pada
kesempatan tersebut, dr. Rita juga menyebutkan beberapa hal penting yang
menjadi pembahasan di dalam kegiatan yang telah dilangsungkan selama dua hari
tersebut. Pertama, perlunya penguatan koordinasi dan kolaborasi multi
sektor yang melibatkan pubic health, animal health, wild health dan
animal health dalam satu konsep “One Health” dalam rangka pengendalian penyakit
zoonosis. Kedua, diperlukan adanya mapping terintegrasi untuk kegiatan
penanggulangan FB dan penyakit zoonosis lainnya, sehingga tidak terjadi
multiplikasi kegiatan. Ketiga, pentingnya survilans yang terintegrasi. Keempat,
peningkatan kapasitas laboratorium dan para klinisi dalam upaya deteksi
penanganan kasus FB, dalam rangka penurunan angka kematian akibat FB. Kelima,
pentingnya keterkaitan dan informasi data epidemiologi dan data virologis, baik
itu pada manusia maupun hewan, guna pengembangan upaya pengendalian FB dan
penyakit zoonosis lainnya. Keenam, penguatan infrastruktur, pemantauan
kesehatan dan lingkungan, serta peningkatan kesiap siagaan pandemi pada sektor
esensial.
URL : https://sinarpagisptsm.blogspot.com/2012/06/bersama-kita-cegah-pandemi-influenza.html