***********Waspada dan Hati-hati....! terhadap bencana Banjir.......Longsor........Pohon tumbang akibat Angin Kencang..........seta tertib berlalu-lintas...................Banyak Jalan Berlubang...........Sayangi diri anda, dan Keluarga anda***********

03/06/13

Semarak Dakwah Belum Mengubah Perilaku Sosial


Jakarta —
Menteri Agama Suryadharma Ali menyatakan, semaraknya dakwah dan ritual keagamaan di Tanah Air belum terasa optimal dalam mengubah perilaku sosial yang diajarkan Islam, tapi justru kesalehan sosial disepelekan.
Penegasan tersebut disampaikan Menag pada acara Tabligh Akbar Indonesia Mentadabbur Al-Qur’an yang diselenggarakan DPP Wahdah Islamiyah di Masjid Istiqlal Jakarta, Minggu (02/06). Bersamaan itu pula, Menag menandatangani berdirinya Lembaga Tadabbur Al-Qur’an Nasional.
Pada acara tersebut, hadir Ustadz Yusuf Mansur, pengurus DPP Wahdah Islamiyah, seperti Bahtiar Nasir, dan Prof. Dr. Syeikh Nashir Al-Umar, selaku Sekjen Ikatan Ulama Muslim se-Dunia dan Ketua Lembaga Tadabbur Al-Qur’an Internasional.
Menurut Menag, taddabbur berarti merenungi dan meresapi makna kandungan Al-Qur’an. Dari situ, lanjut Menag, diharapkan akan mendapat rahmat dan ketenangan dari Allah sesuai pesan yang disampaikan Rasulullah.
Terkait dengan aktivitas dakwah, Menag mengatakan, fakta menunjukkan bahwa gairah keberagaman masyarakat Muslim di Indonesia dalam memperlakukan Al-Qur’an semakin meningkat. Gerakan pemberantasan buta aksara Al-Qur’an, melalui berbagai metode cepat membaca Al-Qur’an menunjukkan hasil signifikan.
Menag menilai gegap gempita Musabaqah Tilawatil Al-Qur’an (MTQ) sangat terasa, mulai tingkat desa, nasional hingga internasional. Minat beli masyarakat terhadap mushaf Al-Qur’an, cetak maupun elektronik cukup tinggi, terlebih pada Ramadhan.
“Meski semarak, mengapa kehidupan kita diliputi suasana carut marut krisis moral, sosial, dan sebagainya?” tanya Menteri Agama.
Fakta menyuguhkan ada sejumlah kesenjangan antara nilai agung dan mulia yang terkandung dalam Al-Qur’an dengan realitas umat Islam. Sebanyak 56 negara yang tergabung dalam Organisasi Kerja sama Islam (OKI), sebagian besar berada dalam kategori negara berkembang, bahkan terkebelakang.
“Risalah Islam sebagai rahmatan lil alamin belum tercermin dalam sikap dan perilaku kebanyakan umat Islam,” katanya.
Kekerasan
Bahkan, lanjut Menag, belakangan Islam dan umat Islam dituduh sebagai pihak yang berada di belakang berbagai aksi kekerasan atas nama agama. Al-Qur’an belum terasa membumi dalam kehidupan, bahkan ajarannya terasa asing bagi orang banyak.
Penelitian sosial bertema “How Islamic are Islamic Countries” yang dipublikasikan dalam Global Economy Journal pada 2010, menyimpulkan perilaku sosial, ekonomi, politik negara-negara anggota OKI, menurut Menag, justru berjarak lebih jauh dari ajaran Islam dibanding negara-negara non-Mulsim yang perilakunya lebih Islami.
Yang agak mengherankan, penelitian itu kata Menag, menempatkan Selandia Baru di urutan pertama di antara 208 negara, diikuti Luksemburg di urutan kedua. Sementara Indonesia yang mayoritas penduduk Muslim terbesar menempati urutan ke-140, Saudi Arabia berada di urutan ke 131, sedang Pakistan di urutan 147.
Terlepas dari setuju atau tidak, kata Menag, hasil penelitian itu menunjukkan semarak dakwah dan ritual keagamaan belum terasa optimal dalam mengubah perilaku sosial dan birokrat sebagaimana diajarkan Islam, yang justru dipraktekan di negara sekuler.
Keberagamaan masih berada pada level semarak ritual untuk mengejar kesalehan individual, tetapi menyepelekan kesalehan sosial. “Apa yang dikecam ajaran Islam itu ternyata lebih mudah ditemukan di masyarakat Muslim ketimbang negara-negara Barat,” kata Menag.
Terkait dengan itu, Menag mengajak masyarakat sadar akan Al-Qur’an, yang dimulai dengan menumbuhkan kecintaan generasi muda terhadap Al-Qur’an. “Kita patut prihatin dengan kondisi generasi muda saat ini. Anak-anak sudah jarang mengaji saat tiba waktu magrib, sebagaimana kita saat anak-anak dahulu,” katanya menambahkan.
Anak-anak lebih senang berada di depan layar kaca dan melihat tayangan yang jauh dari nilai pendidikan, tanpa tata bahasa yang baik.
“Saya mengimbau para orangtua agar kembali menggalakkan kegiatan maghrib mengaji. Dengan demikian mereka akan dapat lebih dekat dan berkumunikasi dengan orangtua, tidak terjerumus dalam kegiatan negatif seperti narkoba, atau pun geng motor yang sedang marak,” katanya.


URL : http://sinarpagisptsm.blogspot.com/2013/06/semarak-dakwah-belum-mengubah-perilaku.html
#running news { position:fixed;_position:absolute;top:0px; center:0px; clip:inherit; _top:expression(document.documentElement.scrollTop+ document.documentElement.clientHeight-this.clientHeight); _left:expression(document.documentElement.scrollLeft+ document.documentElement.clientWidth - offsetWidth); }